Farid Nurrahman S.T., MSc.
Ig : @ faridnurrahman
Lecturer of Urban and
Regional Planning
Kalimantan Institute of
Technology
Jakarta, ibu kota
Indonesia yang mendunia ini merupakan pusat perekonomian terkuat dan juga
menjadi patokan sebuah peradaban pembangunan perkotaan di seluruh Indonesia,
sukses dan tidaknya perencanaan kota di Indonesia sebenarnya sudah dapat
dicerminkan dari kondisi ibu kota nya. Pembangunan dan perencanaan kota Jakarta
selalu menjadi perhatian utama sejak jaman kemerdekaan, sehingga banyak studi
yang mengangkat tentang pentingnya penataan kawasan perkotaan dengan mengambil
sampel di kota ini. Salah satu isu utama yang menjadi perhatian adalah
bagaimana pendekatan perencanaan tersebut dilakukan dan seperti apa dampaknya
baik dari sisi tata ruang, politik, dan pembentukan budaya masyarakat.
Sebelum Indonesia merdeka,
pengembangan perencanaan kota Jakarta dilakukan pada masa kolonial diawali
dengan menggunakan banyak pendekatan salah satunya adalah pendekatan ras dan
golongan. Urusan perencanaan diutamakan untuk memenuhi kepetingan golongan
tertinggi pada saat itu yaitu orang-orang eropa, klasifikasi perencanaan kota
dibagi menjadi beberapa zona disesuaikan tingkatan golongan. Ciri khas
zona-zona utama pada saat itu adalah bangunan megah yang memiliki fungsi
administratif, sebagai penanda adalah bangunan memiliki fasad arsitektur
bergaya eropa yang dimodifikasi dengan kondisi cuaca tropis untuk meningkatkan
kenyamanan dan produktivitas kegiatan.
Selanjutnya pendekatan
perencanaan kota untuk kalangan orang-orang Indo (Turunan pribumi dan Eropa),
kalangan ini merupakan keturunan golongan elite dari keturunan ningrat maupun
pejabat pribumi pada jaman kolonial. Pendekatan perencanan ini dibutuhkan
secara simbol politis untuk menunjukan perencanaan kota secara representatif
bukan hanya untuk golongan eropa saja. Secara zonasi, pusat kegiatan masih
berada pada sekitaran zona utama, yang membedakan hanya besaran skala bangunan
dan fasilitas yang didapatkan.
Golongan berikutnya yang
terdampak perencanaan kota adalah para keturunan Timur Asing atau yang tidak
asing di telinga kita sebagai keturunan China dan Arab. Fasilitas yang
diberikan lebih kepada penggunaan zona-zona perdagangan, mulai dari kawasan
pelabuhan hingga menuju zona utama, fungsinya lebih kepada menghidupkan sisi
perekonomian perkotaan dari sisi supply dan demand kota tersebut, disamping itu
pengembangan kawasan ini menjadi penting untuk mendukung eksistensi dan
branding kota Jakarta pada jamannya.
Terakhir adalah
perencanaan kota dari sisi pribumi, sebagai kasta terbawah, prioritas
pembangunan yang terdampak untuk golongan ini tidak menjadi isu utama dan
cenderung diperhatikan jika terjadi permasalahan saja. Perencanaan pun hanya
mengangkat isu-isu utama saja sebagai contoh sanitasi kawasan tempat tinggal
untuk mencegah terjadinya persebaran penyakit tertentu yang akan berdampak pada
penggunaan fasilitas kesehatan dan isu perlindungan pada golongan yang
bertempat tinggal dan berkegiatan di zona utama.
Aspek perencaan kota
selalu menarik untuk dibahas, kompleksitas banyaknya stakeholder yang terlibat
dalam pengembangan Jakarta menimbulkan adanya pertanyaan mendasar, yaitu
tentang bagaimana dengan pendekatan perencanaan kota Jakarta saat ini, apakah
masih menggunakan pendekatan yang sama diperjalanan menuju 73 tahun Indonesia
merdeka, atau memang telah ada pelajaran yang diambil dari pendekatan yang
sudah dilakukan di jaman kolonial.