Tahukah anda dengan Korps Wanita Angkatan Laut atau biasa
disingkat KOWAL? Kesatuan militer wanita ini, yang lahir pada tanggal 5 januari
1963, merupakan suatu kesatuan Srikandi penjaga laut yang tugasnya menjaga
keamanan laut dari perompak, penjarah, dan perusak sumberdaya perairan. Korps
ini menunjukkan kepada kita kaum adam, bahwa “kaum hawa” tidak boleh dianggap
sebelah mata terhadap peranannya untuk segala urusan. Termasuk, urusan yang
katanya hanya berkaitan dengan seorang pria.
Seperti dikatakan mbah Prie G.S dalam bukunya waras di zaman edan,
berdasar hasil penelitiannya, ia menyimpulkan bahwa hampir semua
sudut pandang di Negeri ini merupakan hasil daripada sudut pandang laki-laki.
Contohnya, jika sebuah kota dibangun, maka konsep tata kotanya hampir semua
merupakan dari hasil sudut pandang pria. Begitupula dengan taman-taman kota
yang sebagian besar berwajah maskulin. Sementara itu, pasar yang dibangunpun
pasti dari hasil imajinasi para pria juga, walau kemudian para bakul yang ada
didalamnya sebagian besar adalah wanita.
Sejrus dengan itu, Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik
(BPS) tahun 2017, tercatat bahwa terdapat 81,263,055 juta penduduk usia
produktif berjenis kelamin wanita, sedangkan pria sendiri terdapat 82.104.636
juta. ini berarti, di Indonesia perbandingan antara jumlah penduduk wanita
dengan pria itu hampir mendekati seimbang, dan berdasar dari data tersebut,
maka sudah sepantasnya pembangunan harus dibentuk secara adil, sebab antara
pria dan wanita, keduanya sama-sama memiliki hak untuk menikmati hasil
pembangunan. sebab belajar dari ruang terkecil yaitu keluarga, peran
wanita merupakan titik central kebahagiaan rumah tangga. Naluri alamiahnya
seperti sebuah bagian kehidupan yang harus terus hadir demi terciptanya
keseimbangan hidup. Seperti pada aspek ekonomi misalnya, wanita dituntut
untuk lihai mengatur urusan keuangan rumah tangga, hal ini demi
keberlangsungan hidup semua anggota keluarga didalmnya. Bila tidak,
maka yang terjadi adalah ketidakharmonisan berkepanjangan.
Oleh Karena itu, naluri dasar wanita yang secara alami tumbuh
didalam sanubarinya, layak kemudian untuk dijadikan suatu sudut pandang, dimana
kehadirannya tidak hanya harus berada didalam ruang keluarga saja,
tapi juga didalam ruang berbangsa dan bernegara.
Adapun tulisan lain, dari sisi wanita dan pembangunan
berkelanjutan, kami rangkum dari suatu hasil penelitian beberapa pemikir
melalui pendekatan cocokologi, semoga kemudian bisa menjadi suatu renungan bagi
anda dirumah.
Wanita dan Pembangunan Berkelanjutan
Tahukah kalian? Dalam ilmu perencanaan wilayah dan kota, dituntut
untuk menciptakan pembangunan wilayah yang berkelanjutan. Serta, tahukah kamu?
Bahwa pembangunan berkelanjutan memiliki tiga aspek pembentuk didalamnya, yaitu
sosial, ekonomi, dan lingkungan.
Berdasar hal tersebut, setelah melalui proses yang panjang bersama
para pemikir melalui pendekatan secara cocokologi, maka didapatlah bahwa harta.
tahta, dan wanita adalah tiga aspek kehidupan yang menginspirasi ketiga aspek pembentuk
dalam pembangunan berkelanjutan, adapun temuannya adalah (1)Harta diibaratkan
seperti Ekonomi; (2) Sedangkan tahta mencakup Lingkungan kita, adapun; (3)
Wanita merupakan aspek Sosialnya.
Lebih lanjut, berdasarkan teori pembangunan berkelanjutan, dimana
demi menciptakan sisi lingkungan sosial (wanita) yang aman, nyaman, dan
bahagia, maka pembangunan harus meningkat pada sisi aspek ekonomi (harta) dan
lingkungan (tahta), hal itu persis seperti cocokologi yang kami temukan bersama
para pemikir lainnya, dimana suatu fenomena untuk menciptakan suasana yang
aman, nyaman, dan bahagia disisi wanita (sosial), memerlukan suatu upaya
peningkatan pada posisi (tahta/lingkungan) strategis dibarengi dengan tingkat
keuangan (harta/ekonomi) yang mencukupi. Hal ini dilakukan, demi terciptanya
hubungan yang harmonis dan berkelanjutan, Karena kata seorang pujangga
"Dibalik Pria yang Sukses, Ada Wanita yang Menunggu Gaji Suami
Dirumah".
Penulis : Febrianto Samin