Abstrak
Perkembangan perkotaan yang
berdampak pada kebutuhan ruang terus mengekspansi dan merubah pola spasial kota
yang secara tidak langsung mempengaruhi bangunan bersejarah sebagai identitas
Kota Makassar. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik
cagar budaya dengan metode skoring dan pendekatan spasial, menentukan hirarki
kawasan cagar budaya dengan penentuan kelas interval dan menetukan arahan
penanganan cagar budaya menggunakan metode deksriptif kualitatif. Hasil
analisis diperoleh bangunan yang memiliki nilai ideal yakni Gedung MULO, Fort
Rotterdam, Museum Kota Makassar, Gereja Katolik Katedral dan Gereja
Protestan Immanuel. Kawasan prioritas penanganan diarahkan pada kawasan pecinan
berupa Klenteng Xiang Ma; Klenteng Ma Tjo Poh dan
Gedung Kesenian yang memiliki keaslian bangunan fisik dan arsitektur khas.
Arahan pelestarian terdiri atas rekontruksi pada bangunan golongan C dan
konservasi pada golongan A, B dan C. Hasil penelitian diharapkan memberikan
alternatif kebijakan kepada pihak pemerintah dalam upaya pelestarian cagar
budaya sebagai modal awal dalam pengembangan wisata sejarah di Kota
Makassar.
Kata-kunci : cagar budaya,
pelestarian, wisata
Peneliti : Satriani(1),
Muh Alief Rusli Putra(2), Nurwahidah(3), Fadhil Surur(4)
Jurnal Download Klik dibawah
Ini